Porosjambimedia.com – ARIADI (35), warga Desa Baru Semerah, Kecamatan Tanah Cogok, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, dikabarkan harus pulang paksa dari rumah sakit, lantaran tidak punya biaya untuk berobat.
Bapak muda itu, dilaporkan terkena sengatan arus listrik pada Rabu (14/2) di rumahnya, setelah pulang dari mencoblos di TPS.
Minggu (18/2), sejumlah wartawan mencoba memastian kondisi Ariadi di kediamannya saat ini, tepatnya di Dusun Tuo Desa Baru Semerah.
Setelah melewati lorong kecil yang becek, akhirnya sampai di sebuah gubuk kecil ukuran dua kali tiga meter. Di gubuk itu lah, tinggal sepasang suami istri Ariadi dan Kabtiah, bersama beberapa anak-anak mereka.
Gubuk kecil itu, selain berfungsi sebagai kamar juga dijadikan ruang makan dan juga sekaligus sebagai ruang tamu. Di petak sempit samping rumah, dimanfaatkan sebagai dapur.
Tak ada barang mewah di rumah itu. Hanya bantal dan selimut lusuh, yang digunakan untuk menyelimuti badan Ariadi dari hawa dingin.
Sesekali dia terlihat meringis kesakitan. Tangan kanannya terlihat terus gemetar, sedangkan bagian tubuh lainnya tak bisa digerakkan sama sekali.
“Sudah empat hari dia hanya terbaring saja di rumah,” kata Kabtiah, istri dari Ariadi saat ditanya warga dan wartawan soal kondisi suaminya pasca pulang dari rumah sakit.
Selain lumpuh, akibat sengatan listrik juga membuat tubuh suaminya mulai terasa sakit, terutama di sebelah kanan.
“Kalau kemarin di sebelah kanan tubuhnya mati rasa. Sekarang sekujur tubuh suami saya mulai merasakan sakit, tangan kanannya tidak berhenti gemetar,” tambah Kabtiah.
Tak hanya itu, banyak lagi keluhan lain yang timbul. Suami yang semulanya sehat, saat ini ketika hendak diangkat untuk buang air, malah ususnya juga ikut keluar.
“Kalau buang air ususnya keluar panjang sekali. Padahal sebelumnya dia tidak pernah kena penyakit ambeien,”jelas Kabtiah.
Saat ini, dia hanya bisa pasrah terhadap nasib yang menimpa keluarganya. Karena tidak punya biaya berobat, suaminya hanya mampu dirawat seadanya.
Dia juga mengakui, ketika pulang dari rumah sakit umum Mayjend HA Thalib, juga pulang paksa. Dokter belum mengizinkan suaminya pulang karena kondisinya yang masih sakit parah.
Namun karena tidak ada biaya, dia harus membawa sang suami keluar dari rumah sakit, agar tagihan perawatan tidak semakin banyak.
“Kami dibantu oleh pemerintahan desa dan patungan keluarga. Mulai dari ambulan sampai ke biaya perawatan. Kalau saya tidak punya apa-apa, makan saja tidak ada,”bebernya.
Ke depan, Kabtiah mengaku tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menyembuhkan sang suami tercinta. Terlebih obat yang dibawa pulang dari rumah sakit sudah habis.
“Tadinya mau mintak bantu ke Bidan Desa. Tapi obat untuk suami saya tidak ada, harus dokter yang menanganinya,”ungkapnya.
Selama ini, Kabtiah bersama suami tinggal di ladang, mengais rezeki dengan menggarap lahan milik induk semang nya. Dia pulang ke desa hanya untuk ikut mencoblos.
“Mau kembali ke ladang tidak mungkin dengan kondisi suami sakit begini. Tapi kalau tetap di desa siapa yang akan memberi kami makan,”sebutnya sambil menangis.
Pemerintah desa sendiri, sudah melakukan berbagai upaya agar warganya bisa tertangani. Hanya saja, sejauh ini belum ada solusi yang nyata.
“Mau buat BPJS Kesehatan, baru akan berlaku 14 hari lagi, sedangkan Ariadi harus ditangani sekarang juga,”beber Bahrul, staf Desa Baru Semerah yang ikut membantu mengurus Ariadi.
Bersama kades dan staf desa lainnya, dia sudah menghubungi pendamping sosial, dinas kesehatan, dan juga Bazda. “Kalau pendamping sosial sudah turun, tapi apa sulusinya belum jelas,”tegasnya.
Penulis : Eja
Editor : Anda
Sumber Berita : Porosjambimedia.com