POROSJAMBIMEDIA.COM – Pada hari Senin, 1 Juli 2024 yang bertempat di Markaz Syekh Zayed, Hay Sadis, Madinat Nasr, Lembaga Aswaja Center yang di bawah naungan PCINU Mesir sukses menyelenggarakan acara dalam rangka peluncuran Aswaja Center PCINU Mesir sekaligus seminar keilmuan. Acara tersebut bertemakan, “Kontribusi Diskursus Teologi dan Teosofi Terhadap Koeksistensi Sosial”, dan diisi oleh Prof. Dr. Muhammad Abdus Shomad Muhanna (Mustasyar Grand Syekh Al-Azhar) dan Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy (Dekan Kuliah Ushuluddin Universitas Al-Azhar tahun 2017-2021).
Muhammad Nur Iman Mundzir selaku ketua Aswaja Center menyampaikan sambutan, bahwa lembaga Aswaja Center tersebut digagas bertujuan untuk aktualisasi pemahaman tentang nilai-nilai Aswaja, serta upaya meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai ke-Aswaja-an dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu, Aswaja Center juga bertujuan untuk membentengi warga Nahdliyin Mesir dari paham-paham yang tidak sesuai dengan spirit Aswaja. Dalam penyampaiannya, ia mengatakan bahwa materi-materi penting sebagai modul kajian Aswaja Center ialah akidah, syariah-logika hukum, tasawuf dan materi keindonesiaan. Acara dilanjut dengan sambutan oleh Ketua Tanfiziah PCINU Mesir, K.H. Faiz Husaini. Ia menyampaikan bahwa lembaga Aswaja Center diinisiasi untuk menjawab problematika umat Islam kontemporer yang semakin kompleks, dan diharapkan dapat memberi dampak positif dalam kehidupan sosial beragama. Hal yang tak kalah penting, ia juga diharapkan dapat menjadi lembaga yang dapat mempresentasikan manhaj al-Azhar yang berakidah, menjalankan syariah Islam, dan bertasawuf yang sesuai dengan jalan para ulama yang mu’tabar.
Kemudian, dilanjutkan dengan seminar internasional yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy dan Prof. Dr. Muhammad Abdus Shomad Muhanna. Dalam acara seminar ilmiah tersebut, Moh. Farisandi bertugas sebagai moderator. Pada sesi pertama, Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy menyampaikan materi, bahwa ilmu kalam atau ilmu akidah adalah pondasi pokok ajaran agama Islam yang di atasnya berdiri cabang-cabang keilmuan lain. Akidah Islam berupa tauhid sejatinya adalah fitrah dari Allah yang dititipkan di dalam jiwa manusia. Beliau menegaskan bahwa ilmu kalam bukan ilmu yang hanya berisi perdebatan berkepanjangan, melainkan ilmu yang di dalamnya banyak perkataan ulama dalam menjawab persoalan akidah Islam, serta membela keyakinan ajaran Islam dari segala bentuk syubhat dengan argumentasi berdasarkan nas agama dan logika. Selain itu, menjalankan akidah menjadi penting karena hakikat manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan akidah ini, manusia tahu Dzat yang menciptakan alam semesta raya, serta dapat merasakan kasih sayang Tuhan atas limpahan nikmat berupa semesta raya dan seisinya yang dipersembahkan untuk manusia, sehingga manusia wajib mengelola semesta ini sesuai dengan ajaran Tuhan.
Selanjutnya pemaparan materi oleh Prof. Dr. Muhammad Abdus Shomad Muhanna. Beliau menyampaikan bahwa lembaga semacam ini sangatlah urgen melihat laju perkembangan pemikiran dunia kontemporer yang sangat beragam dan berpotensi merongrong dan meragukan prinsip-prinsip statis (tsawâbit) agama Islam. Beliau juga menegaskan bahwa tasawuf ialah ilmu yang mengelola kesucian hati manusia menuju ridho Allah dengan berpegang teguh pada ajaran syariah dan dan akidah. Selain itu, manusia harus berusaha ihsan, yaitu merasakan kehadiran Tuhan dalam segala tingkah lakunya. Dengan demikian, manusia akan terjauh dari bentuk dosa dan murka Allah. Poin penting yang beliau sampaikan ialah memurnikan penghambaan hanya berorientasi menggapai ridho Allah SWT.
Kemudian dilanjut sesi kedua berupa tanya jawab yang berkaitan dengan tema yang disampaikan kedua narasumber. Setelah itu, dilanjutkan dengan peluncuran lembaga Aswaja Center yang dipimpin oleh K.H. Mukhlason Jalaluddin, lalu diikuti oleh penabuhan rebana oleh Prof. Dr. Muhammad Abdus Shomad Muhanna, Prof. Dr. Muhammad Abdul Fattah al-‘Awariy, K.H. Faiz Husaini dan K.H. Mukhlason Jalaluddin.
Penulis : Robi