Kadang-kadang kita dengar bahwa “orang Melayu tidak punya aksara”. Memang, sejak menjadi Islam pada sekitar abad ke-15 orang Melayu mengadopsi huruf Arab-Farsi yang dimodifikasikan menjadi huruf Jawi (Melayu).
Dokumen tertua yang ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu adalah prasasti Kedukan Bukit dari Palembang tahun 683 M dan prasasti Karang Berahi di Jambi yang juga dari abad ke-7. Dengan demikian orang Melayu sudah punya aksara minimal sejak abad ke-7. Namun, bahasa dan aksara apa itu?
Bahasanya Melayu tua yang bercampur dengan banyak kata Sansekerta (hingga kini masih terdapat sekitar 750 kosa kata Sansekerta di dalam bahasa Indonesia).
Aksara yang digunakan pada prasasti Kedukan Bukit adalah aksara Palawa, yaitu aksara dari India yang pada saat itu lazim digunakan di Nusantara. Kemudian aksara Palawa tersebut disesuaikan dengan bahasa Melayu sehingga tercipta aksara baru yang bernama Sumatera Kuno. Contoh pemakaian aksara tersebut didapat pada empat prasasti di Padang Lawas yang berbahasa Melayu.
Lalu pada abad ke-14 dan 15 terdapat sejumlah prasasti berbahasa Melayu di Aceh, Barus, Sumatera Barat, dan Lampung. Aksara itu kadang disebut sebagai aksara Malayu karena banyak di antaranya ditulis pada masa kejayaan Kerajaan Malayu di bawah pemerintahan Adityawarman. Termasuk di antaranya prasasti Lubuk Layang (Kec. Rao, Sumbar), Pananggahan (Barus).
Dengan demikian, Tanah Batak dikelilingi oleh berbagai tempat yang pada abad ke-11 ke atas sudah memiliki aksara, yaitu Aceh, Barus, Padang Lawas, dan Sumatera Barat termasuk Paseman (Kec. Rao). Prasasti yang ditemukan di Bongal (Sibolga) malahan menunjukkan bahwa di Sumatera Utara sudah ada aksara sebelum abad ke-10. Sayang, hingga sekarang belum ditemukan prasasti di Kota Cina dekat Belawan yang merupakan satu lagi tempat yang penting yang didatangi oleh saudagar dari berbagai negara.
Kita belum bisa memastikan apakah aksara Batak berasal dari Sumatera Barat, Barus, atau Padang Lawas, namun, menurut hemat saya, kemungkinan aksara Batak mulai tercipta sekitar seribu hingga tujuh ratus tahun yang lalu dipengaruhi oleh aksara dari Padang Lawas atau Sumatera Barat.
Bahwa aksara Batak berasal dari kompleks aksara Sumatera Kuno/Jawa Kuno/Malayu (ketiga aksara hampir identik) terbukti dari 1. Sistemnya sama, 2. Aksara Batak dari segi bentuk banyak kemiripan dengan Sumatera Kuno, terutama aksara ha, na, da, dan ja. 3. Ada sejumlah shared inventions (ciri-ciri khas yang hanya ada pada aksara Batak dan Aksara Sumatera/Jawa kuno dan keturunannya) seperti: a) memiliki nama untuk anak aksara,; b) banyak nama anak aksara mirip atau sama; c) kesejajaran antara ja dan da.
Penulis : Uli Kozok