Porosjamnimedia.com,Kerinci – Sebentar lagi kabupaten kerinci, kota sungai penuh,provinsi Jambi bahkan seluruh Indonesia akan melaksanakan pilkada serentak 2024.
Pilkada ini untuk memberikan hak suara demi melahirkan pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat.Tahapan demi tahapan pun sudah berjalan, hingga hari ini telah memasuki tahapan kampanye,dari tanggal 25 September sampai 23 November 2024 selama 2 bulan menjelang hari pencoblosan pada tanggal 27 November nantinya.
Selama 2 bulan tahapan kampanye untuk para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk bisa mensosialisasikan program dan visi-misinya untuk menarik simpati dan perhatian masyarakat bukan malah saling adu hinaan, fitnah,caci maki dan menyampaikan berita Hoax.
Hoax atau berita bohong dapat melahirkan polarisasi politik yang dapat memecah belah masyarakat di ajang 5 Tahunan ini,Terlebih lagi jika hoax tersebut disebarkan di ruang digital yang sangat masif.Oleh karena itu penting sekali bagi setiap elemen masyarakat dan khusus nya para calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk menyuarakan pilkada damai ini dengan Riang dan gembira.
Kita semua memiliki tanggung jawab untuk memberikan pendidikan politik bagi masyarakat tentang pentingnya pilkada yang bersih dari isu politik identitas, politisasi SARA, hoaks, dan ujaran kebencian.
Pilkada yang damai, Riang gembira tanpa hoaks dan ujaran kebencian merupakan hal yang penting dalam rangka mewujudkan Pilkada yang berintegritas.Kita harus dapat melawan itu semua agar terhindar dari polarisasi politik yang dapat memecah belah masyarakat.
Di era yang serba digital ini masyarakat harus pintar memilah informasi yang diterima, karena banyak disinformasi yang beredar khususnya di tahapan kampanye ini.Masyarakat harus bijak dan cerdas dalam menerima informasi yang didapat di sosial media, baik lewat Facebook, Instagram,pesan Whapshap maupun media-media online.
Untuk mewujudkan hal tersebut,pentingnya pemahaman mengenai literasi digital agar terhindar dari bahaya hoaks di ruang digital.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis- kreatif. Masyarakat tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, menjadi korban informasi hoax, atau korban penipuan yang berbasis digital. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama.Karena pilkada merupakan tonggak penting dalam demokrasi, namun penyebaran hoak, hinaan dan cacian dapat merusak integritas proses demokratis.
Penulis : Niko Setiawan
Editor : Hesty