POROS, KERINCI – Kabupaten Kerinci kembali berduka, malam ini Rabu 21 Pebruari 2024, sekira pukul 18:45 WIB sang legendaris tale kerinci Hj. Eli Marzuki tutup usia. Pada acara pelepasan almarhumah dari rumah duka di Kel. Beliung, Kota Jambi, yang dilepas dengan penuh rasa duka cita yang mendalam dan diiringi do’a untuk diberangkatkan menuju kampung halaman almarhummah di Desa Pugu Semurup Kerinci untuk dimakamkan, mewakili keluarga dan Himpunan Keluarga Semurup Kerinci di Jambi H. Zulfahmi, S.H., M.M. mantan Sekretaris Daerah Kerinci menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan almarhum semasa hidup dan bergaul dengan masyarakat dalam kesehariannya semasa hidup.
“Kami atas nama keluarga almarhum memohonkan maaf atas kesalahan almarhum semasa hidup dan bergaul dengan masyarakat” ucapnya. “Sebelum wafat, almarhumah belum lama ini, baru saja melaksanakan ibadah umroh ke tanah suci Mekkah dan telah menjalani perawatan kesehatan di Rumah Sakit Islam Arafah Jambi” terangnya, “Untuk melepas pemberangkatan almarhum menuju kampung halaman di Kerinci untuk dimakamkan, seiring itu kami ucapkan terima kasih kepada Himpunan Keluarga Semurup Jambi dan Masyarakat Kerinci Jambi pada umumnya serta masyarakat sekitar yang telah meluangkan waktunya untuk bertakziah kerumah duka dan kami mohon do’a semoga almarhumah mendapat tempat terbaik disisi Allah.” Harapnya.
Almarhumah Hj. Eli Marzuki, selain pernah berprofesi sebagai abdi negara dengan jabatan guru dan pernah mengukir karir sebagai kepala sekolah dasar negeri, juga merupakan sang legendaris tale kerinci yang telah eksis Butale sejak era 70-80an, adapun butale menurut Nukman (45) berasal dari kata “Tale” yang artinya adalah “nyanyian” dan “butale” memiliki pengertian konten atau kegiatan dari tale tersebut. Sedangkan Petale adalah orang-orang melakukan kegiatan tale tersebut. Salah satunya adalah Butale haji merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para petale dalam mengantar persiapan para jamaah Kerinci untuk melaksanakan ibadah haji. Butale merupakan tradisi yang sudah sejak lama didendangkan dengan memiliki nada khas yang dilakukan oleh masyarakat. Tale dapat diartikan sebagai nyanyian rakyat atau bernyanyi bersama yang berasal dari kata “tala” yang artinya ukuran bunyi. Butale merupakan nyanyian rakyat dan kesenian tradisi lisan yang telah dilakukan oleh masyarakat sejak dahulunya.
Selain Tale Haji yang telah menjadi tradisi masyarakat Tigo Luhah Semurup, dan masyarakat Kerinci pada umumnya, Tale Kerinci merupakan bentuk kesenian yang termasuk dalam kesenian tradisi karena sudah dilaksanakan sejak dahulu sampai sekarang. Dari bentuk dan isi, tale menjadi sebuah kesenian yang memiliki cerita dan pesan-pesan di dalamnya. Kesenian tradisi juga tidak terlepas dari sebuah kebudayaan serta kebudayaan terbentuk berdasarkan dukungan serta diteruskan oleh anggota dari suatu masyarakat. Tradisi itu sendiri tidak terlepas dari suatu kebiasaan pada suatu masyarakat secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, baik dalam bentuk tingkah laku maupun kesenian yang ada dalam suatu masyarakat itu sendiri. Jika dilihat dari interaksi simbolik, maka akan terlihat beberapa nilai-nilai yang mengikat dalam tradisi butale tersebut, diantaranya adalah nilai kebersamaan, kekeluargaan, kekompakan, saling mengayomi, gotong royong dan keikhlasan yang telah eksis dan turut dilestarikan oleh sang legendaris almarhumah Hj. Eli Marzuki.
Tale Kerinci, selain tale haji yang kerap dilantunkan dengan penuh makna dan suara khas oleh Almarhum Hj. Eli Marzuki semasa hidup diantaranya Cemeh Dikayo, Simpang Tigo, Mandan Lamo, Mano Lino, Uhang Jauh serta Tale Kerinci klasik lainnya. Selamat Jalan Sang Legendaris Tale Kerinci.
Penulis : Red